Jumat, 11 Desember 2009

Tas Ajaib

Di suatu tempat di kebun Pak Arwana, hiduplah Suami Istri yang mempunyai anak yang bernama Tukul. Mereka hidup sederhana cukup makan cukup minum. Mereka mempunyai kebiasaan suka menolong orang yang sedang kesusahan, karena kebiasaannya itu banyak penduduk yang senang terhadap mereka. Hari demi hari di habiskannya untuk berkebun di ladang tiada kejenuhan di hatinya. Anaknya yang bernama Tukul mempunyai kebiasaan seperti Ayahnya tetapi tidak hanya menghabiskan waktunya di ladang. Ia juga gemar membaca dari buku cerita sampai buku Pelajaran, karena ketidakmampuan orang tuanya untuk membeli buku, maka ia selalu meminjam buku dari perpustakaan sekolah atau meminjam dengan teman dekatnya.

Walaupun begitu dia sering kali lupa dimana dia meletakkan buku tersebut makanya dia sering menunda pengembalian buku baik buku temannya mau buku sekolah sampai dia menemukan buku tersebut. Ketidakpastiannya itu membuat temannya menjadi jengkel kepadanya. Meskipun begitu, dia tidak pernah menghilangkan buku temannya. Pada suatu hari tibalah musim penghujan yang sangat deras, semua tanaman menjadi hancur. Akibatnya tidak ada panen yang dapat dihasilkannya. Setelah musim hujan, tibalah musim kemarau yang membuat sulit, untuk menyiram tanaman yang begitu banyak. Jadi tidak semua tanaman mendapat air yang cukup. Panennya agak terhambat karena musim kemarau.

Di saat pendapatan dikit dan uang sekolah anaknya begitu banyak, untuk makan saja mereka kekurangan. Jadi terpaksa ayahnya meminjam uang kepadaorang . Walau bisa meminjam uang mereka belum tentu sanggup untuk mengembalikannya. Di suatu tempat dimana mereka biasa duduk bersantai setelah bekerja datanglah seseorang menghampirinya, bajunya kusut kumal dan compang-camping dia sedang kelelahan berjalan dan menanyakan “bolehkah saya duduk disini” danTukul menjawab “boleh saja”. Tukul berpikir pasti dia sedang kelaparan dan kehausan, Tukul segera memberi makan orang tua itu dan memberi minum.

Setelah selesai orang tua itu mengucapkan terimakasih dan memberikan sebuah tas yang jelek dan compang-camping sebagai imbalannya, Tukul
menolak pemberian orang tua tersebut karena dia memberi makan dan minum tidak bermaksud apa-apa, hanya agak sedih kalau melihat orang kesusahan. Namun orang tua itu terus memaksa, dan pada akhirnya Tukul menerima tas tersebut. Setelah itu orang tua itu pergi melanjutkan perjalanan.

Hari berikutnya Tukul bangun pagi-pagi tidak seperti biasanya agak siang sedikit. Kemudian ia melihat tas yang diberikan orang tua kemarin sore, Tukul terkejut melihat tas tersebut yang pertamanya jelek dan compangcamping menjadi tas yang bagus dan berkilauan cahaya. Tukul pergi ke sekolah sesampai di sekolah semua temannya melihat tas yang di pakainya dan menanyakan “darimana kamu mendapatkan tas sebagus ini” dan temannya yang lain berkata “pasti kamu mencurinya”, “tidak saya tidak mencurinya” jawab Tukul, “sudahlah” kata temannya “mengaku saja”. Tukul tidak mau memberitahukan kepada temannya dari mana dia mendapatkan tas tersebut karena temannya pasti tidak percaya yang dia katakan.

Sesampai di rumah, Ibunya bertanya kepadanya “dari mana kamu mendapatkan tas sebagus ini” dan Tukul meceritakan kejadiannya kepada Ibunya. Setelah itu Ibunya percaya yang dikatakan anaknya karena dia tidak pernah bohong kecuali kalau dia sedang lupa. Setelah itu Ayahnya menanyakan hal yang sama kepada Tukul dan Tukul menceritakan kejadiannya kepada Ayahnya dan Ayahnya percaya karena Tukul tidak pernah berbohong. Tukul sangat senang karena orang tuanya percaya yang di katakannya.

Tak terasa satu malam telah berlalu pagi-pagi Tukul sudah bangun dan menyiapkan mata pelajarannya sampai di sekolah lonceng berbunyi tanda sudah masuk ke kelas. Tukul bergegas dan duduk di bangkunya. Pak Guru masuk ke kelasnya dan memeriksa PR masing-masing dan siapa yang tidak membuat PR disuruh berdiri di depan kelas sampai waktu istirahat. Sewaktu Tukul membuka tasnya dilihatnya semua bukunya tidak ada padahal dia sudah mempersiapkan bukunya tadi pagi. Hati Tukul cemas wajahnya pucat di lihat pak guru dan pak guru bertanya
“kamu sakit ya”,
“tiiidak pak” jawab Tukul ketakutan.
“Kalau tidak sakit kenapa kamu pucat sekali” tanya gurunya lagi.
“Aaanu paak buuku saaya hiilang” jawab Tukul.
“Apa… buku kamu hilang !!! kok bisa begitu” kata gurunya.
“Entahlah saaya juga tidak tahu coba bapak lihat sendiri” kata Tukul.
Gurunya pun langsung memeriksa tas Tukul dan dia berkata “Nah ini bukumu” sambil mengeluarkan buku Tukul dari tasnya,
“Haa…ah… loh… kok… ada ! sih tadikan tidak ada” kata Tukul keheranan.
“Tukul…Tukul…. kamu ini ada-ada saja” kata pak gurunya.

Setelah pulang sekolah Tukul termenung membayangkan yang dikatakan pak gurunya, disangkanya Tukul main-main. Hari-hari demi hari waktu terus berjalan, tibalah saatnya ulangan umum kenaikan kelas. Setiap hari Tukul belajar dengan tekun siang atau malam tidak dihiraukannya. Hari Ulangan umum tiba Tukul kelihatannya santai saja karena dia rajin belajar, teman-teman Tukul merasa cemas karena tidak satu soal yang mereka ketahui dan terpaksa mereka menyontek buku, buku terus di bolak-balik tetapi jawabannya belum ketemu juga. Setelah selesai ulangan mereka pulang bersama-sama sambil berbicara tentang ulangan umum tadi.

Di rumahnya sewaktu Tukul mau mengambil bukunya dia melihat bukunya tidak ada lagi di tasnya, ia bingung harus mencarinya dimana karena ia yakin meletakkanbuku-bukunya hanya di dalam tasnya.
Kemudian ia bertanya pada ibunya, “Ibu ya… yang mengambil buku saya”.
Ibunya menjawab “Ibukan sedang menggosok pakaian dan mana mungkin ibu mengambil bukumu dan buat apakah ibu mengambil bukumu, coba tanya sama ayah mungkin Ayah tahu”.
Tukul berbicara kepada Ayahnya, “Ayah ya… yang mengambil buku Tukul”.
“Tidak… Ayahkan barusan pulang dari mengobrol di rumah tetangga, coba kamu lihat lagi mungkin kamu lupa meletakkannya”.
Mereka bersama-sama melihat tas Tukul ternyata bukunya masih ada dalam tasnya, Tukul bingung sungguh tidak masuk di akal. Setelah itu Ayah dan Ibunya pergi dan melanjutkan kegiatannya lagi. Kemudian Ibunya berbisik kepada Ayah “Darimana anak itu belajar berbohong dan siapayang mengajarinya ?”.

Setelah lama Tukul dipermainkan oleh tasnya akhirnya dia baru tahu bahwa tas yang dipakainya adalah tas ajaib yang di pergunakan oleh orang untuk menyimpan barang berharga seperti emas dan intan. Juga di pergunakan sebagai tempat untuk bersembunyi dalam perperangan. Di dalam tas inilah tempat yang paling aman. Dengan tasnya tersebut Tukul tidak perlu lagi meletakkan buku-bukunya di sembarang tempat karena di dalam tas seperti di dalam sebuah rumah yang mewah. Sehingga Tukul menyimpan semua buku-bukunya di dalam tas tersebut. Jadi dia tidak usah capek-capek mempersiapkan bukunya setiap hari.

Semua ulangan umum sudah di lewatinya, tinggal menerima hasilnya saja baik atau sebaliknya buruk. Setelah tiba saatnya pembagian rapot,Tukul mendapatkan rapotnya. Ternyata hasil dari nilai-nilai Tukul di rapot memuaskan. Tukul mendapatkan ranking pertama di kelasnya, orang tua Tukul sangat senang melihat anaknya mendapat juara.

Tas ajaib sungguh membuat hatinya gembira, setiap kali temannya meminta Tukul mengembalikan buku pinjamannya ia selalu membawanya. Sehingga teman-teman Tukul sangat senang kepada Tukul.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar